Kategori Appropriate Site Development atau Tepat Guna Lahan yang disingkat ASD ini mengangkat isu pemilihan lahan gedung yang memperhatikan keberlanjutan dan ramah lingkungan. Sebagian besar alokasi lahan yang ada saat ini dipakai untuk bangunan gedung, oleh karena itu penggunaan lahan yang tepat untuk membangun gedung memiliki dampak secara langsung terhadap lingkungan, terutama dampak negatifnya. Padahal, jika pengguna dan pengelola gedung dapat menggunakan gedung dengan bijak, dampak negatif tersebut bisa dihilangkan atau dibalik menjadi dampak positif. Maka dari itu, kategori ini akan menekankan pada keberadaan gedung untuk meningkatkan kualitas lingkungan di sekitarnya.
Tujuan utama dari kategori tepat guna lahan (ASD) dalam greenship Interior Space adalah membangun rasa tanggung jawab, mendorong inovasi dan memperhatikan desain yang berkelanjutan serta ramah lingkungan kepada pihak pengguna. Kontribusi pengguna gedung dalam kategori ini ini adalah dengan cara memilih gedung dan menerapkan kebijakan manajemen yang sesuai.
Kategori ASD ini dibagi menjadi 5 kriteria utama dengan 1 kriteria prasyarat sebagai berikut:
- ASD P Motor Vehicle Reduction Policy atau Kebijakan Pengurangan Kendaraan bermoto
- ASD 1 Greenship Certified Building atau Gedung Bersertifikat Greenship
- ASD 2 Community Accessibility atau Aksesibilitas Penggun
- ASD 3 Bicycle atau Fasilitas Seped
- ASD 4 Motor Vehicle Space Reduction atau Pengurangan Ruang Untuk Kendaraan Bermoto
- ASD 5 Landscaping atau Lansekap
Masing-masing kriteria penilaian ASD ini mungkin sudah dijelaskan secara singkat di tempat lain, tetapi disini, kami akan menjelaskan secara rinci mengapa ASD sangat penting dalam penilaian green building bagian interior space.
PENTINGNYA MEMENUHI ASD PRASYARAT
Setiap tahun terjadi kenaikan jumlah kendaraan motor di kota-kota besar seperti Jakarta. Di Jakarta, tercatat laju pertumbuhan kendaraan bermotor mencapai 1.172 unit per hari. Jumlah kendaraan motor ini tidak diimbangi dengan penambahan ruas jalan terbangun sehingga jalanan semakin padat dan seringkali menimbulkan kemacetan. Bahkan ada pengendara “nakal” yang menggunakan lahan pejalan kaki sebagai jalur kendaraannya. Ditambah lagi dengan dampak polusi udara yang dihasilkan.
Strategi yang bisa dilakukan untuk mengurangi penggunaan kendaraan bermotor adalah menggunakan transportasi umum seperti bus atau kendaraan alternatif yang ramah lingkungan seperti sepeda. Selama ini dua opsi kendaraan tersebut kurang diperhatikan, padahal tanpa disadari, dengan menggunakan transportasi umum, kita bisa menghindari kemacetan yang menghabiskan bahan bakar kendaraan dan waktu kita. Upaya yang dapat dilakukan untuk mengubah pandangan masyarakat mengenai transportasi umum adalah dengan membuat kebijakan dan pemberian informasi melalui media kampanye. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat akan besarnya manfaat yang diperoleh dengan menggunakan transportasi umum.
Kriteria penilaian ASD prasyarat ini dibuat sebagai upaya apresiasi bagi pihak manajemen pengguna. Pihak manajemen membuat komitmen dalam bentuk kampanye untuk mendorong pengurangan jejak karbon, dengan cara penggunaan kendaraan bermotor dan memaksimalkan penggunaan transportasi umum yang ada.
Dalam menetapkan lokasi gedung, pengguna perlu menerapkan prinsip keberlanjutan dan konsep ramah lingkungan. Dalam menerapkan konsep ramah lingkungan, kondisi lokal dan kesiapan industri di Indonesia harus diperhatikan. Oleh karena itu, perangkat penilaian GREENSHIP disusun berdasarkan kondisi lokal khas Indonesia, sehingga penerapan teknik-teknik dipilih yang bisa diterapkan di Indonesia.
Gedung yang telah teruji memiliki komitmen dan praktik nyata dalam menerapkan konsep ramah lingkungan dan prinsip berkelanjutan adalah gedung yang sudah memiliki sertifikat GREENSHIP ataupun gedung yang sedang dalam tahap sertifikasi GREENSHIP. Tujuan dibuatnya kriteria ini adalah untuk meneruskan konsep ramah lingkungan dan prinsip keberlanjutannya pada lokasi pengguna. Pengguna gedung diharapkan dapat melakukan aktivitas yang sesuai dengan konsep ramah lingkungan selama masa operasional gedung.
Semakin lengkapnya lokasi dan fasilitas publik di perkotaan Indonesia merupakan sebuah nilai tambah. Fasilitas seperti jaringan jalan dan transportasi umum dengan banyak trayek sangat menunjang kebutuhan Indonesia. Namun, masih kurang terstruktur dan terencananya penerapan pembangunan aksesibilitas dan konektivitas sarana dan prasarana umum mengakibatkan kurangnya penerapan keberlanjutan kawasan secara terpadu.
Oleh karena itu, perlu adanya pemilihan lokasi untuk memanfaatkan ruang semaksimal mungkin sejak tahap awal perencanaan desain gedung atau lokasi publik. Pelaksanaan pemanfaatan ruang tercantum dalam Peraturan Pemerintah (PP) Republik Indonesia No. 15 tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang yang menyebutkan bahwa pelaksanaan pemanfaatan ruang diselenggarakan untuk mewujudkan struktur ruang dan pola ruang yang direncanakan untuk menjamin keberlangsungan kehidupan masyarakat secara berkualitas, selain itu juga untuk mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan dan dilaksanakan secara terpadu.
ASD 2 ini bertujuan untuk mendorong keberlanjutan kawasan yang terpadu, salah satunya dengan mengedukasi pengguna untuk memilih ruangan pada bangunan yang memiliki jaringan konektivitas. Dengan begitu, jarak tempuh dan waktu perjalanan yang dibutuhkan untuk mencapai fasilitas umum atau tempat kerja bisa dikurangi sehingga akan terjadi peningkatan efisiensi dan aksesibilitas para pengguna pada tahap operasional.
ASD 3 ini berhubungan dengan ASD P yang mengangkat isu meningkatnya jumlah kendaraan bermotor di kota-kota besar Indonesia. Hal yang ditekankan pada kriteria ini adalah penggunaan sepeda sebagai sarana transportasi alternatif untuk bepergian ke tempat yang jaraknya dekat, misalnya ke tempat bekerja. Keberadaan sepeda saat ini kurang mendapat perhatian dan fasilitas jika dibandingkan dengan mobil dan motor yang selalu mendapatkan fasilitas yang cukup besar.
Namun, di beberapa kota seperti Yogyakarta, pemerintah setempat sudah memfasilitasi masyarakatanya dengan lajur khusus untuk sepeda. Beberapa kota di Jawa memang memiliki sejarah dalam bertransportasi menggunakan sepeda, sehingga sepeda bisa dianggap sebagai gaya hidup tradisional di Indonesia. Bahkan pada saat ini sejumlah universitas telah menyediakan tempat bersepeda dan sarana parkirnya.
Kriteria penilaian ini diharapkan mampu mendorong kota-kota lain atau minimal gedung di kota-kota besar untuk memberikan fasilitas bersepeda kepada pengguna gedung sehingga masyarakat lambat laun akan menerapkan gerakan bersepeda dalam kehidupan sehari-hari.
Masih berkaitan dengan kendaraan bermotor yang hampir selalu menjadi masalah utama dalam trasnportasi. Perbandingan jumlah kendaraan bermotor pribadi dengan kendaraan umum mencapai 98% berbanding 2%. Peningkatan ini berimbas pada kepadatan ruas jalan hingga kemacetan total yang terjadi hampir setiap waktu.
Salah satu solusi untuk mengatasi kemacetan ini adalah dengan beralih menggunakan transportasi umum karena sarana transportasi umum dapat mengangkut lebih banyak orang dibandingkan dengan kendaraan bermotor pribadi. Apalagi di Indonesia ada banyak pilihan transportasi umum dengan trayek yang cukup lengkap sehingga mempermudah masyarakat dalam melakukan perjalanan. Namun, sayangnya masih banyak masyarakat yang enggan menggunakan transportasi umum karena faktor gaya hidup, aspek kenyamanan dan keleluasaan pribadi. Pada umumnya, aspek kenyamanan lah yang membuat orang biasanya enggan menggunakan transportasi umum. Hal ini disebabkan karena sistem pengelolaan transportasi umum yang kurang baik dan fasilitas yang kurang lengkap.
Kabar baiknya, saat ini sudah mulai terlihat beberapa perbaikan dan inovasi baru di bidang transportasi umum, sehingga dengan sistem pengelolaan yang baik diharapkan pada masa yang akan datang perjalanan akan menjadi lancar, aman, dan nyaman. Dengan begitu, akan semakin banyak orang yang beralih menggunakan transportasi umum.
Dalam lingkup ruang interior, upaya yang dapat dilakukan untuk mendorong pemakaian transportasi umum dan pengurangan kendaraan bermotor pribadi adalah dengan memberlakukan kebijakan manajemen penggunaan kendaran bermotor yang kemudian disosialisasikan kepada pengguna secara berkala.
Keanekaragaman hayati yang tinggi dengan masing-masing keunggulannya di Indonesia perlu didukung dengan ekologi lansekap yang baik. Ekologi lansekap yang baik meliputi penataan ruang berdasarkan struktur lahan, fungsi lingkungan dan perubahan-perubahan yang terjadi di dalam struktur dan fungsi lingkungannya. Menyediakan tanaman pada tempat-tempat seperti teras/balkon/dinding luar bangunan/halaman dinilai sangat penting karena tanaman diperlukan untuk mengoptimalkan fungsi green interior space dalam bentuk optimalisasi ruangan pengguna.